BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi
adalah pengiriman dan penerimaan pesan dari pengirim kepada penerima dengan
cara yang tepat sehingga pesan tersebut dapat dipahami. Proses terjadinya
komunikasi adalah ketika si pengirim pesan (Komunikator) menyiapkan pesan
(Message) untuk diteruskan kepada seseorang atau kelompok orang melalui suatu
saluran (Channel), dan si penerima pesan (Komunikan) menafsirkan pesan tersebut
untuk diberikan tindakan yang diperlukan sesuai dengan kepentingan pesan itu
sendiri.
Kita
pasti sering mendengar kalimat yang mengatakan, “kunci sukses sebuah organisasi
terdapat pada diri seorang pemimpin” dilain pihak seorang pemimpin yang sukses
adalah pemimpin yang mampu menjalankan komunikasi secara baik. Seorang pemimpin
dituntut memiliki kemampuan komunikasi yang produktif, yaitu komunikasi yang
melahirkan etos, semangat, imajinasi, cita-cita, gerakan bersama, tanggung
jawab, dan kemauan bekerjasama dan seterusnya. Pemimpin selalu menghadapi
orang-orang yang memiliki ciri-ciri, kharakter, watak dan perilaku yang
beraneka ragam. Komunikasi tidak boleh hanya dibatasi kepada orang-orang yang
mudah diajak ikut serta, karena orang yang memiliki latar belakang berbeda-beda
itu harus diajak untuk bekerjasama dalam rangka membesarkan organisasi yang
dipimpinnya.
Demi
tercapainya tujuan organisasi, seluruh karyawan memerlukan motivasi untuk
bekerja dengan giat. Dengan tingkat motivasi kerja yang tinggi karyawan akan
bekerja lebih giat dalam melaksanakan pekerjaannya Sebaliknya dengan motivasi
kerja yang rendah karyawan tidak memiliki semangat dalam bekerja, mudah
menyerah. Hal ini didukung oleh pendapat Wayne Pace dalam Komunikasi Organisasi
tditerjemahkan oleh Mulyana (1998, 113) mendefinisikan motivasi yaitu, dimana
ketika seseorang menggunakan segenao energi fisik dan mentalnya dakan melakukan
pekerjaannya. Motivasi merupakan hal-hal yang menyangkut alasan seseorang begtu
memiliki niat dalam melakukan pekerjaannya.
Sehingga
memiliki hubungan yang baik dengan seluruh anggota organisasi sangat dibutuhkan
sehingga mereka dapat merasa senang dan merasa dihargai dan pada akhirnya
termotivasi untuk selalu memberikan kinerja dan pelayanan yang terbaik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dalam makalah
ini kami akan membahas lebih lanjut mengenai point-point, sbb:
a.
Menjelaskan dan menyebutkan pengertian komunikasi dalam organisasi
b.
Menyebutkan apa saja unsur-unsur komunikasi
c.
Bagaimana menyalurkan ide-ide di dalam komunikasi ?
d.
Apa saja hambatan-hambatan komunikasi ?
e.
Menjelaskan klasifikasi komunikasi dalam organisasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Komunikasi Organisasi
Istilah
“komunikasi” ini berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata “communis” yang
berarti “sama” (common). Komunikasi adalah salah satu cara manusia berhubungan
yang melibatkan pengertian atau maksud, dengan syarat mereka perlu setuju
dengan definisi istilah - istilah yang digunakan berdasarkan sesuatu yang
simbolik seperti isyarat, huruf, nomor, dan perkataan yang melambangkan ide -
ide yang dapat menyampaikan maksud.
Istilah
organisasi berasal dari bahasa yunani, yaitu "Organon" atau dalam
bahasa Latin "Organum" yang berarti alat, bagian, anggota, atau
badan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) organisasi adalah
kesatuan (susunan) yang terdiri atas bagian bagian orang dalam perkumpulan
untuk mencapai tujuan bersama.
Komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam
kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005).
Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri
dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di
dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan
dalam organisasi. Misalnya : memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat
- surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui
secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada
anggotanya secara individual. Komunikasi Organisasi juga dapat didefinisikan
sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit - unit komunikasi yang
merupakan bagian suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari dari
unit - unit komunikasi dalam hubungan hierarki antara yang satu dengan lainnya
dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
2.2
Pentingnya Komunikasi dalam Organisasi
Manusia sebagai makhluk sosial sangat
membutuhkan komunikasi. Hal ini tidak lepas juga dari sebuah organisasi.
Organisasi yang baik adalah organisasi yang mampu menjalankan komunikasi antar
anggotanya dengan baik. Organisasi merupakan suatu kumpulan atau sistem individual
yang melalui suatu jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang
ditetapkan. Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi artinya
memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Di antara kedua belah pihak
harus ada two way communications atau komunikasi timbal balik, untuk mencapai
cita-cita, baik cita-cita pribadi maupun kelompok untuk mencapai tujuan suatu
organisasi.
Komunikasi
organisasi pada umumnya membahas tentang struktur dan fungsi organisasi,
hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya
organisasi. Komunikasi organisasi di beri batasan sebagai arus pesan dalam
suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi
arus komunikasi vertikal dan horisontal.
2.3 Unsur-Unsur Komunikasi
Terdapat 5 unsur terjadinya komunikasi, sbb :
v
Komunikator (Communicator) : Memberi berita, dalam hal ini adalah orang
yang berbicara, pengirim berita atau orang yang memberitakan.
v
Saluran (Channel) : Dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengatakan, mengirim ataupun menyiarkan.
v
Pesan (Message) : Yang disampaikan dapat dalam bentuk perintah, laporan
atau saran.
v
Penerima (Receiver) = Orang yang dituju, pihak penjawab atau para
pengunjung yang menerima informasi atau berita.
v
Timbal Balik (Respone/Feedback) = Dalam bentuk tanggapan atau reaksi.
2.4 Gaya Komunikasi Organisasi
Enam gaya komunikasi menurut Steward L.Tubbs
dan Sylvia Moss :
1. Gaya Komunikasi Mengendalikan
Gaya komunikasi mengendalikan atau The Controlling Style ditandai dengan
adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa, dan mengatur
perilaku, pikiran, dan tanggapan orang lain. Orang - orang yang menggunakan
gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one way
communications atau lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan
dibanding upaya mereka untuk berharap pesan.
2. Gaya Komunikasi Dua Arah
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya,
setiap anggota organisasi The Equalitarian Style dapat mengungkapkan gagasan
ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai, dan informal. Dalam suasana
yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan
pengertian bersama.
3. The Structuring Style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan - pesan verbal
secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan,
penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan
(sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk memengaruhi orang lain
dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan,
dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
4. The Dynamic Style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena
pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi
pada tindakan (action - oriented). The dynamic style of communication ini
sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para
wiraniaga (salesmen atau saleswomen). Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif
ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan
lebih cepat dan lebih baik.
5. The Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran,
pendapat ataupun gagasan orang lain, dari pada keinginan untuk memberi
perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah
dan mengontrol orang lain.
6. The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak
komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini
untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun
kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut. Oleh karena
itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.
2.5
Klasifikasi Komunikasi dalam Organisasi
Dalam komunikasi organisasi terdapat beberapa
macam klasifikasi komunikasi dan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Dari Segi Sifatnya :
a.
Komunikasi lisan : Komunikasi yang langsung berbicara.
Contoh : Presentasi
b.
Komunikasi tertulis : Komunikasi yang melalui tulisan.
Contoh : Email
c.
Komunikasi verbal : Komunikasi yang dibicarakan/diungkapkan.
Contoh : Curhat
d.
Komunikasi non-verbal : Komunikasi yang tersirat.
Contoh : Seseorang yang nervous/gemetar.
2. Dari Segi Arahnya :
a.
Komunikasi ke atas : Komunikasi dari bawahan keatasan.
b.
Komunikasi ke bawah : Komunikasi dari atasan kebawahan.
c.
Komunikasi horizontal : Komunikasi ke sesama manusia yang
derajatnya/tingkatnya sama.
d.
Komunikasi satu arah: Komunikasi tanpa ada timbal balik.
Contoh : Pemberitahuan gempa melalui BMKG.
e.
Komunikasi dua arah : Komunikasi dengan adanya timbal balik/saling
berkomunikasi.
3. Dari Segi Lawannya :
a.
Komunikasi satu lawan satu : Berbicara dengan lawan bicara yang sama.
Contoh : Berbicara melaui telepon.
b.
Komunikasi satu lawan banyak (kelompok) : Berbicara antara satu orang
dengan satu kelompok.
Contoh : Kelompok satpam menginterogasi maling.
c.
Komunikasi lawan kelompok : Berbicara antara satu kelompok dengan
kelompok yang lain.
Contoh : Debat partai politik.
4. Dari Segi Keresmiannya :
a.
Komunikasi formal : komunikasi yang langsung resmi. Mis. rapat pemegang
saham.
b.
Komunikasi informal : komunikasi yang tidak resmi. Mis. berbicara dengan
teman.
2.6
Proses Komunikasi Organisasi
Pertukaran gagasan diantara para
administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan, dalam struktur lengkap yang
khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam
perusahaan, sehingga pekerjaan dapat berjalan. Empat Dimensi Komunikasi
Organisasi :
1. Downward communication yaitu komunikasi yang berlangsung ketika
orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada
bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah :
a.
Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)
b.
Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk
dilaksanakan (job retionnale)
c.
Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku
(procedures and practices)
d.
Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
2. Upward communication yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan
(subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari
bawah ke atas ini adalah :
a.
Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang
sudah dilaksanakan
b.
Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun
tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan
c.
Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
d.
Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun
pekerjaannya.
3. Horizontal communication yaitu komunikasi yang berlangsung di antara
para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus
komunikasi horisontal ini adalah :
a.
Memperbaiki koordinasi tugas
b.
Upaya pemecahan masalah
c.
Saling berbagi informasi
d.
Upaya pemecahan konflik
e.
Membina hubungan melalui kegiatan bersama
4. Interline communication yaitu tindak komunikasi untuk berbagi
informasi melewati batas - batas fungsional. Spesialis staf biasanya paling
aktif dalam komunikasi lintas saluran ini karena biasanya tanggung jawab mereka
berhubungan dengan jabatan fungsional. Karena terdapat banyak komunikasi lintas
saluran yang dilakukan spesialis staf dan orang - orang lainnya yang perlu
berhubungan dalam rantai - rantai perintah lain, diperlukan kebijakan
organisasi untuk membimbing komunikasi lintas saluran.
2.7
Cara Penyaluran Ide Melalui Komunikasi
Dalam menyalurkan ide atau solusi harus ada
si pengirim (sender) dan si penerima (receiver). Ide - ide yang diambil pun
tidak sembarangan, tetapi ada penyaringan dan seleksi untuk diambil ide manakah
yang terbaik untuk di ambil dan dilaksanakan untuk oleh organisasi tersebut
agar mencapai tujuan bersama, serta visi dan misi suatu organisasi.
Adapun tahapan - tahapan cara menyalurkan ide
melalui komunikasi :
v
Ide (gagasan) oleh sender.
v
Perumusan yaitu dalam perumusan ini ide si sender disampaikan oleh kata
- kata.
v
Penyaluran (transmitting) yaitu penyaluran ini bisa lisan, tertulis,
simbol maupun isyarat, dan lain - lain.
v
Tindakan yaitu tindakan ini sebagai contoh perintah-perintah dalam
organisasi dilaksanakan.
v
Pengertian yaitu kata - kata si sender dalam perumusan tadi dijadikan
ide oleh si penerima.
v
Penerimaan yaitu ide atau informasi ini diterima oleh penangkap berita
(receiver).
Dalam membina kerja sama dalam kelompok
inilah yang nantinya digunakan dalam rangka membina koordinasi kesatuan gerak
dan arah yang sesuai dengan arah dan tujuan organisasi.
2.8
Hambatan-Hambatan Komunikasi dalam Organisasi
1. Hambatan Teknis
Keterbatasan
fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi teknologi semakin berkurang
dengan adanya temuan baru dibidang kemajuan teknologi, komunikasi dan
informasi. Sehingga saluran komunikasi dapat diandalkan dan efisien sebagai
media komunikasi.
Menurut Chruden dan Sherman, dalam bukunya Personnel Management (1976),
jenis hambatan teknis dalam komunikasi yaitu :
a.
Tidak adanya rencana dan prosedur kerja yang jelas
b.
Kurangnya informasi atau penjelasan
c.
Kurangnya keterampilan membaca
d.
Pemilihan media (saluran) yang kurang tepat.
2. Hambatan Semantik
Gangguan
semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau ide secara
efektif. Definisi semantik sebagai studi atas pengertian yang diungkapkan lewat
bahasa. Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian
(komunikan dan komunikator), tapi seringkali proses penafsirannya keliru.
Tidak adanya hubungan antara simbol dan dengan apa yang di simbolkannya
dapat mengakibatkan data yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang
dimaksudkan sebenarnya. Untuk menghindari misi komunikasi yang seperti ini,
seorang komunikator harus memilih kata - kata yang tepat sesuai dengan
karakteristik komunikannya, dan melihai kemungkinan penafsirannya terhadap kata
- kata yang dipakai.
3. Hambatan Manusiawi
Terjadi
karena adanya faktor emosi dan prasangka pribadi, presepsi, kecakapan atau
ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan panca indera manusia,dan lain -
lain. Menurut Chruden dan Sherman :
a.
Hambatan yang berasal dari perbedaan individual manusia yaitu perbedaan
umur, perbedaan presepsi, perbedaan keadaan emosi, perbedaan status,
keterampilan mendengarkan, penyaringan, dan pencairan informasi.
b.
Hambatan yang ditimbulkan oleh iklim psikologis dalam organisasi yaitu
suasana iklim kerja dapat mempengaruhi sikap dan perilaku staff dan efektifitas
komunikasi organisasi.
4. Hambatan dari Proses Komunikasi
a.
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum
jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau
situasi emosional.
b.
Hambatan dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa
yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol
yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang
dipergunakan terlalu sulit.
c.
Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media
komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak
dapat mendengarkan pesan.
d.
Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi
oleh si penerima.
e.
Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat
menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak
mencari informasi lebih lanjut.
f.
Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak
menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat
waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
5. Hambatan Fisik
Hambatan
fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi,
dan lain - lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan
sebagainya.
6. Hambatan Psikologis
Hambatan
psikologis dan sosial kadang - kadang mengganggu komunikasi, misalnya :
perbedaan nilai – nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima
pesan.
2.9
Fungsi Komunikasi Organisasi
Conrad (dalam Tubbs dan Moss, 2005) mengidentifikasikan
tiga fungsi komunikasi organisasi sebagai berikut :
1. Fungsi Perintah
Berkenaan
dengan angota - anggota organisasi mempunyai hak dan kewajiban membicarakan,
menerima, menafsirkan dan bertindak atas suatu perintah. Tujuan dari fungsi
perintah adalah koordinasi diantara sejumlah anggota yang bergantung dalam
organisasi tersebut.
2. Fungsi Relasional
Berkenaan
dengan komunikasi memperbolehkan anggota - anggota menciptakan dan
mempertahankan bisnis produktif hubungan personal dengan anggota organisasi
lain. Hubungan dalam pekerjaan mempengaruhi kenerja pekerjaan (job performance)
dalam berbagai cara. Misal : kepuasan kerja, aliran komunikasi ke bawah maupun
ke atas dalam hirarki organisasional, dan tingkat pelaksanaan perintah.
3. Fungsi Manajemen Ambigu
Berkenaan
dengan pilihan dalam situasi organisasi sering dibuat dalam keadaan yang sangat
ambigu. Misal: motivasi berganda muncul karena pilihan yang diambil akan
mempengaruhi rekan kerja dan organisasi, demikian juga diri sendiri, tujuan organisasi tidak jelas dan konteks
yang mengharuskan adanya pilihan tersebut adanya pilihan tersebut mungkin tidak
jelas.
4. Fungsi Informatif
Organisasi
dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh
anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih
banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap
anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti.
Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu
kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam
organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk
melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan,
jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
5. Fungsi Regulatif
Fungsi
ini berkaitan dengan peraturan - peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi.
Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu :
a.
Berkaitan dengan orang - orang yang berada dalam tataran manajemen,
yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang
disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah - perintahnya
dilaksanakan sebagaimana semestinya.
b.
Berkaitan dengan pesan. Pesan - pesan regulatif pada dasarnya
berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan
tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
6. Fungsi Persuasif
Dalam
mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa
hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan
yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab
pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan
kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan
kekuasaan dan kewenangannya.
7. Fungsi Integratif
Setiap
organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat
melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang
dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu :
a.
Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi
tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi.
b.
Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama
masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata.
Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang
lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi
sangat penting dalam kehidupan manusia karena manusia adallah makhluk sosial
yang saling berinteraksi. Dalam komunikasi seseorang harus memiliki dasar yang
akan menjadi patokan seseorang dalam berkomunikasi. Tujuan komunikasi adalah
berhubungan dan mengajak orang lain atau kelompok untuk mengerti apa yang kita
sampaikan. Ada dua jenis komunikasi, yaitu verbal dan non verbal atau bahasa
tubuh. Komunikasi dua arah terjadi bila pengirim pesan dilakukan dan mendapat
umpan balik.
3.2 Saran
Teknik-teknik
yang bisa dipilih agar usaha komunikasi sukses, bahwa setiap orang memerlukan
pendapatnya didengarkan, dihargi, dipahami, diakui, disapa, dan bahkan jika
memungkinkan dibantu memecahkan masalah yang sedang atau akan dihadapi. Dengan
teknik tersebut, maka siapapun yang hatinya sudah terbuka dan lapang dia akan
siap sedia selalu untuk membantu apa saja, dan siap bekerjasama tanpa
mengharapkan tanpa mengharapkan imbalan apapun karena hatinya telah terbuka
lapang sebagai buah kemampuan pemimpin adlam membangun komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment