Pages

February 13, 2014

Sejarah Valentine dan Menyikapinya Sebagai Umat Kristiani


Bertepatan dengan tanggal 14 Februari banyak orang yang sedang merayakan Hari Valentaine, maka saya ingin membahas tentang sejarah valentaine itu sendiri dan bagaimana cara kita menyikapi hari peringatan kasih sayang ini.. I found very important article and you must know it.. Check this out :

 
Valentine, Tradisi Sebuah Hari

Hari yang dirayakan oleh orang-orang barat pada awalnya, namun sekarang menjadi populer di Indonesia bahkan merebak di pelosok dunia adalah Valentine’s Day. Valentine’s day bukan hanya menjadi trend dikalangan anak muda gaul tetapi juga orang tua yang ingin kembali fungky. Mereka berlomba menawarkan acara khusus merayakan valentine’s Day, dari acara yang paling sederhana sampai sekelas VIP. Bahkan valentine’s Day menjadi satu acara khusus di gereja-gereja masa sekarang. Yang menjadi masalah, bolehkah sebagai anak-anak Tuhan kita ikut serta merayakan Valentine’s Day.

Sejarah Velentine’s Day

Hari Velentine berasal dari hari perayaan Lupercalia yaitu pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno, yang jatuh pada tanggal 15 Februari. Dahulu pada jaman Romawi kuno, masyarakat Romawi menyembah Dewa Lupercus untuk menjaga ternak-ternak mereka. Pesta penyembahan Dewa Lupercus diselenggarakan bulan Februari setiap tahunnya. Salah satu adat yang biasa di jalani adalah mereka akan menuliskan nama perempuan di selembar kertas dan menaruhnya ke dalam sebuah kendi yang besar. Lalu setiap pemuda akan mengambil satu nama dai kendi tersebut. Pemuda dan perempuan yang berpasangan akan tetap terus bersama-sama sampai perayaan tahun depan. Namun semenjak abad ke 16 M, upacara keagamaan menjadi hilang, berganti dengan sebuah upacara kasih sayang untuk memperingati kematian Santo Valentinus.
Pada masa pemerintahan Raja Claudius II(268-270), dianggap bahwa pria yang sudah menikah akan menjadi prajurit yang lemah, maka semua pria di daerah kekuasaanya dilarang menikah. Pada masa Raja Claudius hidup seorang santo (pendeta romawi) bernama Valentinus. Santo Valentinus melawan perintah raja, secara diam-diam menikahkan pasangan muda yang jatuh cinta. Pada akhirnya perbuatan ini ketahuan, kemudian ia ditangkap dan dipenjarakan. Upacara kematian santo valentinus diterima sebagai hari kasih sayang yang dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropa bahwa pada tanggal 14 Februari kasih sayang mulai bersemi bagaikan burung jantan dan burung betina. Pada tahun 496 Paus Gelasius menetapkan hari Valentine sebagai hari memperingati Santo Valentinus.
Dalam setiap perayaan Valentine’s Day kita selalu melihat beberapa hiasan atau benda digunakan sebagai simbol dalam perayaan Valentine’s Day ini. Setiap benda memiliki sebuah makna tersendiri.
Simbol yang seringkali digunakan dalam Valentine’s Day adalah hati. Menurut kepercayaan kuno adalah sumber dari berbagai macam emosi, kemudian dikaitkan dengan emosi cinta. Bunga mawar merah, sebagai simbol dari perasaan cinta yang sangat kuat. Bukan hal yang asing jika pada hari Valentine ada seorang pemuda yang memberikan bunga mawar merah kepada seorang gadis yang dicintainya.
Bunga mawar merah ini adalah kesukaan dari Dewi Venus, dewi cinta bangsa Romawi. Renda biasa juga digunakan sebagai simbol, meski di Indonesia Renda kurang diminati sebagai simbol Valentine’s Day. Berdasarkan tradisi sejarah, renda digunakan sebagai saputangan wanita. Jika seorang gadis menjatuhkan saputangannya, seorang pria akan mengambilkannya untuk wanita itu. Kadangkala seorang wanita dengan sengaja menjatuhkan renda ketika melihat pria yang dicintainya. Berlatarbelakang dari tradisi demikian orang mulai berpikir tentang keromantisan Valentine’s Day jika melihat renda. Simbol lainnya, coklat melambangkan hal-hal yang kamu inginkan dalam hidup. Keinginan disini dimengerti suatu keinginan untuk menjalin sebuah hubungan yang lebih mendalam lagi antara pria dan wanita, dan keinginan ini merupakan luapan perasaan dari emosi cinta seseorang, baik itu pria ataupun wanita.

Sikap Iman Kristen

Zaman sekarang orang tidak lagi mengetahui dengan jelas asal usul Valentine’s day. Orang-orang saling berusaha untuk mengucapkan “Met’ Valentine’s Day”, berkirim kartu, bunga, bertukar kado, memberi coklat, dan menyatakan rasa cinta atau sayang kepada pasangannya. Beberapa tahun belakangan ini perayaan Valentine’s Day mulai merebak ke dalam Gereja dan mempengaruhi iman Kristen. Selebaran yang diedarkan di banyak gereja untuk merayakan Valentine’s Day. Nampaknya Kekristenan hanya menyingkapi sebagai hal yang wajar dalam perilaku manusia masa sekarang. Kaum Rohaniawan memandang hal ini sebagai bukti kasih sayang kita kepada setiap orang yang kita kasihi.
Namun sebenarnya tujuan utama dari Valentine’s Day untuk menyembah dewa Lupercus. Artikel yang berjudul “Should Biblical Observe It” dari situs yang beralamat www.Kornet.Org. menerangkan kata “Valentine” berasal dari bahasa latin yang berarti “Yang Maha Perkasa”, “Yang Maha Kuat”, dan “Yang Maha Kuasa”. Kata-kata “Yang Maha Perkasa”, “Yang Maha Kuat”, dan “Yang Maha Kuasa”ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Dan diterangkan dalam artikel tersebut, jika kita mengatakan kepada seseorang “be my valentine”, itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan karena memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa”. Serta menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
Valentine’s Day merupakan sebuah hari peringatan atas kematian Santo Valentinus yang berjuang menentang kebijaksanaan Raja Claudius II yang melarang sebuah pernikahan di daerah kekuasaan Raja Claudius II. Hari peringatan ini diselenggarakan sebagai rasa penghormatan dan pengagungan atas ketabahan, keberanian dan kepasrahan hidup dalam menghadapi cobaan dan ujian yang berat. Dan para pengikut Santo Valentinus memperingati hari kematian ini sebagai upacara keagamaan. Ini berarti ketika kita merayakan Valentine’s Day, kita juga sedang memperingati kematian Santo Valentinus.
Adakah gunanya arti sebuah peringatan kematian seseorang bagi iman Kristen? Lalu mengapa kita masih juga menyambut Valentine’s Day? Mungkinkah Valentine’s Day hari yang begitu istimewa? Adat? Tradisi? Peringatan kematian? Penyembahan berhala? Ungkapan kasih sayang kepada orang yang kita kasihi? Atau, hanya ikut-ikutan yang tanpa tahu asal mulanya? Beragam pertanyaan bernada cemas selalu muncul setiap tahun pada tanggal 14 Februari. Sedangkan kita sendiri tidak dapat berdiri dalan situasi dan kondisi yang membingungkan.
Pada sikap hidup yang memelihara hari-hari tertentu merupakan sikap hidup yang diperhamba oleh allah-allah yang hakekatnya bukan Allah. Valentine’s Day salah satu bentuk pemeliharaan hari-hari tertentu Galatia 4:10 “Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun”.

Apalah arti sebuah pengakuan kita kepada Kristus Yesus Tuhan Kita, jikalau kita masih menyedikan diri untuk diperhamba oleh allah-allah dan roh-roh dunia. Orang yang hidup di dalam Kristus tidak lagi menyediakan diri untuk mengikuti ajaran-ajaran filsafat yang kosong dan palsu menurut ajaran turun temurun dan roh-roh dunia. Kolose 2:8 “Hati-hatilah supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus”. Dengan demikian kita dituntut kearifan secara pribadi untuk menganalisa lebih lanjut akan kegunaan dan fungsi Valentine’s Day dalam hidup kita. Tentunya dalam kita mencermatinya tidak lepas latar belakang perayaan Valentine’s Day dalam hidup kita. Tentunya dalam kita mencermatinya tidak lepas latar belakang perayaan Valentine’s Day. Kita boleh menganggap ini dengan serius, sama seperti kita boleh mengabaikannya.

No comments:

Post a Comment